Monday, December 7, 2015

Kartu Payoneer Prepaid MasterCard

Tanggal 20 November 2015 kemarin saya mendaftarkan diri di website Payoneer untuk mendapatkan kartu Payoneer Prepaid MasterCard. Tadinya agak khawatir nggak sampai karena beberapa cek dari Amazon juga nggak sampai rumah :( . Tapi ternyata hari ini 7 Desember 2015 saya sudah terima kartunya, Payoneer Prepaid MasterCard card. Horee!!!

Tujuannya adalah biar saya bisa mendapatkan pembayaran dari affiliate program semacam Amazon.com lebih cepat, karena selama ini pembayaran pakai cek yang prosesnya sampai bisa jadi duit membutuhkan waktu lama. Berdasarkan pengalaman saat pembayaran menggunakan cek, misalkan hari ini check dari Amazon.com dikirim dari US, sampai Indonesia sekitar 1 bulan kemudian. Setelah check diterima, kemudian inkaso di Bank tertentu untuk mencairkan dana. Waktu pencairannya juga masih harus menunggu sekitar 1 bulan atau lebih baru cair. Karena itu saya jadi agak males main affiliate Amazon walaupun hasilnya besar, selain karena website yang saya develop khusus untuk ini banyak yang ditendang oleh G dari hasil pencarian. hehehe...

Nah, sekarang (sebenarnya sudah lumayan lama) ada sistem yang memudahkan para affiliate marketer untuk menerima pembayaran dari perusahaan affiliate, yaitu Payoneer salah satunya. Payoneer menawarkan dua macam tipe akun, yang satu hanya untuk terima pembayaran dari perusahaan afiliasi agar ditransfer langsung ke akun bank lokal, dan satunya lagi adalah Payoneer Prepaid Mastercard. Saya pilih yang Prepaid MasterCard, dengan beberapa alasan/keunggulan diantaranya:

  • mendapatkan kartu fisik (kartu beneran) seperti kartu ATM yang juga bisa kita gunakan untuk mengambil uang deposit melalui ATM berlogo MasterCard di seluruh dunia
  • bisa buat belanja di berbagai situs belanja online luar negeri
  • punya semacam akun rekening bank di US atas nama sendiri
  • tetap bisa withdraw dana kita ke rekening Bank Lokal, dll.

Payoneer Prepaid Master card
Buat yang belum punya akun, silahkan mendaftarkan diri untuk mendapatkan Payoneer Prepaid Master Card, pendaftarannya gratis kok. :D

Jadi kalau uang hasil dari main affiliate program sudah banyak, bisa keliling dunia dan belanja pake kartu ini. Kalau bisa. hehehe :O Setidaknya, dengan adanya Payoneer sangat membantu para affiliate marketer yang berasal dari luar Amerika Serikat mendapatkan bayaran atas hasil kerjanya. Yoss!! sekarang ayo semangat lagi main affiliate program.
Continue ►

Friday, June 19, 2015

Burung Hantu - Tyto Alba yang Bersarang di Plafon Teras Rumah

Mengunduh Anak-anak Burung Hantu Tyto Alba

Pagi hari pertama puasa tahun ini, Kamis 18 Juni 2015, Bapak saya mengunduh anakan-anakan burung hantu yang bersarang di plafon teras rumah lantai 2. Ternyata ada burung hantu yang bisa masuk dan bersarang disana. Selama ini sering terdengar suara desis "shhhh...!! khosssss!!" seperti desis ular tapi lebih panjang dan keras, atau seperti angsa yang mau nyosor, terlebih pada sore dan malam hari. Tapi dicari-cari sumber suara itu nggak ketemu-ketemu, padahal saya sempat beberapa kali cek sela-sela di atas teras nggak ada apa-apa. Ternyata kemarin dicek suaranya di dalam sudut plafon teras, dan pas membuka genting untuk melihat ke dalam ternyata benar ada beberapa anak burung hantu yang tinggal di sana. Setelah diturunkan semua, ternyata anak-anak burung hantunya ada 5 ekor. Beberapa ekor ukurannya sudah besar dan bulunya sudah mulai lengkap, sedangkan beberapa ada yang masih kecil. Sepertinya pertumbuhan anak-anak burung hantu tidak merata, dan bau banget.

Burung Hantu Tyto Alba
Foto Burung Hantu / Tyto Alba / Manuk Kreak

Setelah browsing di internet untuk mencari info seputar burung hantu, saya telah mendapatkan banyak informasi bermanfaat. Ternyata burung hantu yang bersarang dan berkembang biak di rumah orang tua saya adalah burung hantu dengan jenis Tyto Alba / Barn Owl. Burung hantu jenis ini memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih besar dari spesies burung hantu lainnya. Tyto Alba banyak dibudidaya dan dimanfaatkan di bidang pertanian untuk mengendalikan hama tikus karena terbukti memiliki kemampuan cukup baik dalam membunuh dan memangsa tikus. Kalau beli, ternyata harganya lumayan mahal apalagi kalau sudah usia dewasa. Harga sepasang indukan atau burung hantu Tyto Alba dewasa bisa sampai jutaan rupiah, sedangkan untuk anakan atau burung hantu muda harganya bisa mencapai sekitar Rp.250.000,- per ekor. Hmmm... boleh juga tuh. Jadi tertarik untuk membudidayakan. :)


Anak Tyto Alba
Anak Tyto Alba yang masih kecil/muda.

Sekarang 5 ekor anak-anak burung hantu yang didapat hanya ditempatkan di kandang ayam kecil model panggung dengan tinggi sekitar 2 meter, ditaruh di luar rumah berharap si induk tetap mau memberi mereka makan. Mau ditaruh di teras lantai dua rumah, tapi nggak boleh karena baunya menyengat, nggak pernah mandi sih... hehehe. Semoga anak-anak burung hantu Tyto Alba ini semuanya bisa sehat dan tumbuh sampai dewasa, bisa terbang dan cari makan sendiri. Susah juga kalau harus ngasih makan mereka terus, makanannya daging sih karena burung ini kan memang burung pemangsa. Jadi, sepertinya harus ternak tikus juga kalau mau bikin penangkaran burung hantu Tyto Alba ini. hehehe...


Continue ►

Friday, June 12, 2015

Pengalaman Pertama Ikut Menguburkan Jenazah

Setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un. Beberapa hari yang lalu ada salah satu kakek (lebih tepatnya kakak nenek saya) yang meninggal dunia. Beberapa anggota keluarga ikut melayat, termasuk saya.

Seperti biasa, jenazah seorang muslim setelah disucikan / dimandikan, diwudhukan, dan disholatkan kemudian tiba saatnya dikubur. Jenazah dipanggul menggunakan keranda dibawa ke makam/kuburan. Warga dan beberapa anggota keluarga juga ikut mengantarkan, termasuk saya. Awalnya saya tidak ikut menggotong keranda jenazah karena saya tidak begitu hafal jalan menuju makam di desa tempat tinggal simbah saya itu, karena saya tidak tinggal di sana. Tapi dalam perjalanan saya sempat beberapa kali ikut menggotong Jenazah, menggantikan sementara beberapa orang yang pemanggul.

Setelah tiba di makam, jenazah diletakkan di dekat lokasi yang sudah digali dan dipersiapkan. Kemudian, beberapa orang diminta turun untuk membantu menurunkan jenazah ke liang lahat. Nah, pada saat itu seingat saya kalau tidak salah ada yang meminta saya ikut turun membantu. Waduh..., saya bilang saya belum pernah. Tapi ada pak Kaum atau apa namanya di sana yang mengarahkan. Entah bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk ikut turun ke liang lahat, bersama dua orang lainnya yang seingat saya salah satunya adalah ayah saya, jadi total 3 orang yang masuk ke liang kubur untuk membantu menurunkan jenazah.

Dengan bantuan arahan tokoh setempat dari atas, saya membantu menurunkan jenazah, melepas tali pocong bagian kaki, dan menempelkan telapak kaki ke bantal tanah. Saya jadi tahu proses menguburkan Jenazah, setelah jenazah diturunkan ke liang kubur jenazah dihadapkan ke kiblat, kemudian dilepas ikatan talinya, kemudian dipasangkan bantal-bantal tanah untuk mengganjal. Setelah itu ditutup dengan bambu-bambu sebelum akhirnya liang kubur diurug kembali dengan tanah.

Wah, saya jadi mendapatkan pengalaman berharga. Sebelumnya belum ada setahun kakek saya (ayah dari bapak saya) meninggal, saya ikut melihat proses memandikan Jenazah dan ikut menggotong Jenazah tapi tidak sampai ikut turun ke liang kubur. Ada pengalaman lain juga, ternyata jenis/kontur tanah setiap daerah berbeda, jadi saat penggalian dan proses penguburan juga harus memperhatikan hal tersebut. Yang kemarin itu tanahnya sangat gembur, jadi harus hati-hati menginjakkan kaki, jangan sampai pada saat kita turun malah tanahnya gugur.

Alhamdulillah. Pengalaman seperti ini adalah pelajaran berharga bagi saya dalam hidup ini. Sesuatu yang tidak saya dapatkan dari sekolah. Kalau pas masih kecil dulu melihat jenazah dan kuburan itu takut, tapi kalau sekarang lebih kepada khawatir kalau salah memprosesnya karena minimnya pengetahuan saya. Mengingat semua hal seperti ini juga membuat saya takut mati karena merasa belum mempersiapkan bekal dengan baik. Jadi berfikir, suatu saat giliranku juga akan tiba. Ya Allah, semoga kita semua diberikan umur yang panjang, kesehatan, rizqi, serta keselamatan di dunia dan akherat. Semoga kita mati dengan khusnul khotimah. Amin!
Continue ►

Thursday, April 2, 2015

Bongkar Suzuki Forsa: Interior dan Lantai

Baru beberapa hari setelah membeli mobil pertama saya Suzuki Forsa GLX, sudah harus dibongkar interiornya. Itu karena ketahuan banyak bagian lantai mobil yang berkarat dan keropos. Jadi, untuk memperbaikinya terpaksa harus keluarin semua kursi, lepas karpet, plastik-plastik interior, dll. Lumayan ribet, bikin capek dan pusing liatnya. Makanya, seminggu ini disibukkan dengan perbaikan mobil bekas ini dan lupa ngurusin blog. hehehe...

Cara Saya Memperbaiki Lantai Mobil Keropos (?)

Setelah membongkar interior dan terlihat semua bagian lantai yang berkarat dan keropos, sekalian bagian-bagian yang keropos saya buang. Lantai jadi terlihat bolong-bolong besar. -_- Seharusnya untuk menutupnya, mobil dibawa ke tukang las. Tapi, karena setelah saya pikir-pikir kemungkinan suatu saat kalau ada rizki lebih penginnya sih sekalian direstorasi total, jadi untuk saat ini diakalin sendiri saja. Caranya, saya pake beberapa plat/lempengan besi diletakkan melintang/membujur di atas bagian yang bolong, lalu dibor dan disekrup kedua ujungnya ke bagian lantai mobil, kemudian dilapisi lembaran almunium untuk menutup lubang bekas bagian yang keropos. Ada juga lubang-lubang kecil yang hanya saya tutup pakai dempul dan cat. Sekalian merapikan kabel-kabel body yang tersembunyi di bawah karpet yang berantakan, mungkin pernah ada perbaikan kelistrikan tanpa buka karpet lantai, jadi banyak potongan kabel yang ditinggalkan begitu saja. Setelah selesai, kemudian saya pasang lagi karpet-karpet, kursi, plastik-plastik body dan perlengkapan interior lainnya. Apakah akan awet? Entahlah, biar waktu yang membuktikan. Semoga saja tahan lama.

Untuk perbaikan semua itu ternyata butuh biaya: buat beli plat besi 1 batang panjangnya sekitar 5 meter harganya Rp.110.000; lembaran almunium ukuran 1 meter persegi harganya Rp.60.000; sekrup, baut dan ring entah berapa jumlahnya harganya sekitar Rp. 25.000; lem fox Rp. 7.500; cat Pilox Rp.24.000; dempul Rp. 33.000.

Dan itu semua belum termasuk alat-alat yang saya beli baru seperti bor tangan listrik yang harganya Rp.180.000, 3 buah mata bor Rp.45.000, dll. Tapi kalau alat-alat itu kan untuk keperluan lain juga.

Setelah benerin lantai mobil yang keropos, berikutnya harus bersihin sela-sela jendela dan ngasih sealant baru untuk menutup lubang-lubang yang memungkinkan air masuk. Hal inilah yang kemungkinan besar bikin lantai mobil keropos karena air hujan merembes masuk dan menggenang di lantai mobil.

Hmmm... masih banyak lagi yang harus dikerjakan. Mungkin beginilah kalau miara mobil tua, perlu usaha ekstra di awal untuk perbaikan dan perawatannya. Apalagi kalau dapet mobil yang kondisinya seperti Suzuki Forsa saya. Ini pelajaran berharga buat saya sendiri. Makanya kalau pengin beli mobil bekas dan punya dana lebih, mending cari yang tahunnya lebih muda dan jelas-jelas sehat saja. Biar gak repot. :D
Continue ►

Thursday, March 26, 2015

Mobil Pertama Saya, Suzuki Forsa GLX

Alhamdulillah, kesampaian juga keinginan untuk punya mobil sendiri. Setelah sekian lama menabung, dan begadang di depan laptop tiap malam hanya untuk mencari $_$.

Kemarin hari Rabu, tanggal 25 Maret 2015 bisa bawa pulang mobil pertama saya, Suzuki Forsa GLX 1989. ^_^ Walaupun motuba (mobil tua bagus/bekas) yang usianya hanya selisih beberapa bulan dengan saya. hehehe... tapi lumayan lah biar gak kehujanan dan kepanasan kalau perjalanan jauh. Awalnya penginnya sih cari Suzuki Katana, tapi pas lihat tabungan kok...?? Masih jauh untuk bisa menebus Katana. Selalu ada aja keperluan lain, buat modal juga. Akhirnya, target diturunkan, cari Forsa GLX aja deh.

Pengalaman Berburu Mobil Bekas (Motuba / Mobil Tua Bangka Bagus)

Sekedar berbagi pengalaman berburu mobil bekas. Ternyata proses untuk mendapatkan mobil bekas layak pakai itu tidak mudah ya... Butuh kesabaran extra. Namanya juga cari mobil bekas, nggak seperti beli mobil baru, tinggal pilih mobil, pergi ke dealer, pilih warna, bayar, bawa pulang. Kalau beli mobil bekas, berdasarkan pengalaman saya setelah sekian lama menunggu dana cukup, harus browsing sana-sini di berbagai situs di internet seperti online forum dan situs iklan (OLX dll), mantengin iklan terbaru yang masuk tiap hari, mencari lokasi penjual. Terkadang ada yang nawarin mobil tapi lokasi penjualnya sangat jauh dari tempat tinggal, bakalan repot kalau bolak balik untuk cek kondisi mobil. Ya kalau sudah hafal wilayah penjual atau rutenya bisa ditemukan di peta/google maps bisa lebih mudah, kalau nggak, bisa ngubek-ubek satu kota. Atau juga ada mobil yang murah dan kelihatannya bagus tapi asal kota plat nomernya terlalu jauh, misalnya plat B, L atau malah luar pulau sementara saya tinggal di wilayah Kedu, kemungkinan akan merepotkan saat bayar pajak atau balik nama mengingat proses cabut berkas/mutasi dan balik nama harus nunggu beberapa hari. Setelah ngecek kondisi mobil, belum tentu bisa langsung cocok. Kadang kondisi mobil tak sesuai ekspektasi. Ya gitu deh, terkadang foto & deskripsi iklan yang ditampilkan di website iklan tidak sesuai dengan aslinya. Ini semua benar-benar mengetes kesabaran agar jangan sampai beli hanya karena emosi pengin buru-buru punya mobil impian, sehingga tidak menyesal nantinya.

Singkat cerita, setelah melalui proses ini itu, akhirnya deal saya beli Suzuki Forsa GLX second di Jogja. Harganya mungkin seharga motor New Vixion Lighting. Kondisinya mobilnya, sebagai berikut:
  • Mobil dalam kondisi bekas pastinya. :P
  • Surat-surat kendaraan lengkap (BPKB & STNK + Faktur, foto copy pemilik sebelumnya, kwitansi kosong dengan tanda tangan pemilik sebelumnya.

Kelebihan:
  • Body luar masih lumayan
  • Cat masih lumayan
  • Interior masih lumayan rapi tapi perlu dirapikan
  • AC hidup
  • Velg Racing
  • Kelistrikan masih berfungsi termasuk Power Window dan Electric Mirror
  • Mesin masih bandel. tapi kok tadi pagi agak ngebul ya?

Kekurangan:
  • Keropos di bagian lantai, sepertinya ada banyak dan sangat perlu perbaikan (las)
  • Dinamo starter perlu diservis
  • Ban belakang ada yang tertusuk paku, tapi dibiarin aja soalnya tidak kempes
  • Lampu belakang sebelah kiri mati
  • Kemarin lewat jalanan yang rusak parah, ada bunyi-bunyi agak berisik

Pengalaman Pertama Kali Nyetir Sendiri

Selain mendapatkan mobil pertama, ternyata kemarin adalah pertama kali saya nyetir mobil sendiri tanpa didampingi orang lain. hehehe... Sebenarnya, saya baru bisa nyetir. Dulu di sekolah pernah diajarin sekali tapi lupa kayaknya. Mana ada belajar sekali langsung lancar -_- . Nah, kemudian bulan Februari kemarin saya ikut kursus stir mobil 6 kali pertemuan (1 jam setiap pertemuan atau total 6 jam) selalu ditemani instruktur, dan praktek langsung di jalan raya tanpa teori di kelas. Masih belum lancar, kalau pas berhenti dan mulai jalan di tanjakan masih kagok, parkir juga. Kemarin pas beli juga gayanya mau test drive, tapi malah bahaya, soalnya baru mau jalan, jalannya sudah nanjak, belum terbiasa main kopling kaki, walaupun tiap hari sepeda motornya pakai kopling tapi di tangan. Mungkin bapak penjualnya berfikir, ini anak mau beli mobil tapi belum bisa nyetir -_- . Akhirnya yang nyetir pak Penjual, saya cuman duduk di sampingnya.

Saat bawa pulang, pak Penjualnya nganterin mobilnya sampai pasar Gamping, soalnya aku juga khawatir kalau di dalam kota rame banget dan lampu merahnya banyak. hehehe... Tapi setelah pasar Gamping saya nyetir sendiri sampai rumah. Lumayan lancar kalau sudah jalan, cuma... sempat bingung pas mau nyalain lampu malam, stiknya beda sama Avanza yg saya pake buat belajar. Sempat mesinnya masti di lampu merah, ya itu karena belum terbiasa cara lepas kopling pas mulai jalan. Pas pindah gigi perneling juga kadang masih kasar. duhh... ndeso banget aku ini, perlu banyak latihan nyetir lagi nih untuk membiasakan diri. Alhamdulillah bisa sampai rumah dengan selamat. :D

Sekian ceritaku kali ini.
*Entah kenapa motor pertama saya Suzuki, mobil pertama pun Suzuki, dan ada hal 1 lagi yang berhubungan dengan Suzuki, padahal saya bukan Fans Berat Suzuki.  -_-   ^_-
Continue ►

Tuesday, March 17, 2015

Transfer Domain dari Godaddy ke Namecheap

Beberapa hari yang lalu saya memindahkan salah satu domain .BIZ dari Godaddy ke Namecheap. Alasannya, sudah males pakai Godaddy karena fiturnya kurang lengkap buat saya dan perpanjangan domainnya mahal (kebetulan nyari coupon code untuk renewal .BIZ gak dapet-dapet), serta sering nampilin promo macam-macam yang lumayan mengganggu. Sampai saat ini sih rasanya lebih nyaman pakai Namecheap walaupun jarang ngasih diskon untuk renewal tapi pelayanannya baik dan fitur domain manangement yang ditawarkan sesuai kebutuhan saya dan gak banyak promo yang mengganggu malah kadang seperti jebakan. Walaupun waktu transfer domain, pas Payment Processing ada masalah teknis, tapi setelah menghubungi customer service Namecheap akhirnya bisa diselesaikan. Dan semalam domain sudah berhasil ditransfer. :D
Saya juga masih pakai Godaddy untuk hosting sih... Buat jaga-jaga kan jangan masukin semua receh dalam satu kantong. hehehe...

Tips Beli Domain Hosting

Sekedar tips kalau beli domain baru di Godaddy atau yang lainnya, mungkin bermanfaat, terserah mau dipakai atau tidak:
  • kalau beli domain pas ada promo atau cari kupon diskon (kadang di Godaddy bisa dapet domain baru hanya dengan harga $1 bahkan kurang dari itu kalau beruntung)
  • setelah domain dibeli, jangan lupa matikan fitur AUTO RENEWAL kecuali jika anda memang gak mau pindah-pindah. Pengalaman saya pernah tiba-tiba dollar di Paypal kesedot tanpa notifikasi sebelumnya, karena ternyata saya lupa menonaktifkan fitur auto renew. Padahal sudah ada rencana transfer domain dan pindah hosting. :(
  • kalau pas mau RENEWAL DOMAIN (perpanjangan domain) harganya dirasa terlalu tinggi dan nggak dapat kode kupon potongan harga, transfer aja ke registrant lain yang menawarkan fitur lebih lengkap, murah dan terpercaya. malah seringkali ada potongan harga besar-besaran untuk transfer domain. ;)
  • bahkan kalau mau murah terus bisa saja setiap mau perpanjangan domain, transfer ke registrant yang lagi ngadain promo. Jadi pindah-pindah terus tiap tahun. Tapi yang ini nggak recommended. hehehe...


Ya sudah, segitu saja postingan kali ini. Keep blogging and make money online! ^^)9 Ganbatte Kudasai!! :D
Continue ►

Domain Baru FAQIH.ID

WWW[dot]FAQIH[dot]ID

Selamat datang di blog baru saya ini. Saya mendaftarkan domain FAQIH.ID ini pada 11 Maret 2015. Ngapain saya beli domain baru lagi, padahal sudah punya banyak domain (ekstensi lain) dengan nama sendiri yang tak terurus. hehehe... :P Entahlah, saya hanya merasa ingin mengamankan domain ini, karena nama domain dot ID lainnya yang serupa sudah ada yang memiliki. Jadi saya daftarin dulu sebelum menyesal kalau terlambat nantinya. Siapa tahu ada yang ngincer juga. Sorry ya, saya duluan. :v

Punya domain .ID itu suatu kebanggan tersendiri lho... Soalnya eksensi domain ini Indonesia banget. Ya iyalah, emang buat Indonesia. Masa udah punya domain dengan ekstensi .NET, .BIZ, .ORG, .INFO, .IN, .ME dll tapi nggak punya domain .ID? Jadi ya, harus punya lah minimal satu. :D

Sebenarnya awalnya bingung mau diapain domain FAQIH.ID ini. Setelah dibiarkan begitu saja beberapa hari setelah didaftarkan, akhirnya diputuskan untuk dibikin blog bahasa Indonesia saja. Sementara (atau selamanya) hostingnya di Blogger yang gratisan aja. ;) Sebenarnya ini blogspot lama yang pernah di-custom menggunakan domain name lain, tapi blognya sekarang sudah dipindah ke wordpress selfhosted. Konten aslinya masih ada cuma di-revert to draft semua, jadi nggak kelihatan seperti blog baru dengan postingan ini sebagai postingan pertama.

Begitulah corat-coret tentang domain FAQIH.ID ini. Semoga kedepannya saya bisa rajin update, nggak seperti blog lain yang tak terurus. Sayang kalau gak diurusin, soalnya harga domain .ID lebih mahal nih, Rp.500ribu-an per tahun. Kebetulan daftarnya kemarin pas ada diskon dan syaratnya dipermudah untuk personal.
Continue ►