Friday, June 19, 2015

Burung Hantu - Tyto Alba yang Bersarang di Plafon Teras Rumah

Mengunduh Anak-anak Burung Hantu Tyto Alba

Pagi hari pertama puasa tahun ini, Kamis 18 Juni 2015, Bapak saya mengunduh anakan-anakan burung hantu yang bersarang di plafon teras rumah lantai 2. Ternyata ada burung hantu yang bisa masuk dan bersarang disana. Selama ini sering terdengar suara desis "shhhh...!! khosssss!!" seperti desis ular tapi lebih panjang dan keras, atau seperti angsa yang mau nyosor, terlebih pada sore dan malam hari. Tapi dicari-cari sumber suara itu nggak ketemu-ketemu, padahal saya sempat beberapa kali cek sela-sela di atas teras nggak ada apa-apa. Ternyata kemarin dicek suaranya di dalam sudut plafon teras, dan pas membuka genting untuk melihat ke dalam ternyata benar ada beberapa anak burung hantu yang tinggal di sana. Setelah diturunkan semua, ternyata anak-anak burung hantunya ada 5 ekor. Beberapa ekor ukurannya sudah besar dan bulunya sudah mulai lengkap, sedangkan beberapa ada yang masih kecil. Sepertinya pertumbuhan anak-anak burung hantu tidak merata, dan bau banget.

Burung Hantu Tyto Alba
Foto Burung Hantu / Tyto Alba / Manuk Kreak

Setelah browsing di internet untuk mencari info seputar burung hantu, saya telah mendapatkan banyak informasi bermanfaat. Ternyata burung hantu yang bersarang dan berkembang biak di rumah orang tua saya adalah burung hantu dengan jenis Tyto Alba / Barn Owl. Burung hantu jenis ini memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih besar dari spesies burung hantu lainnya. Tyto Alba banyak dibudidaya dan dimanfaatkan di bidang pertanian untuk mengendalikan hama tikus karena terbukti memiliki kemampuan cukup baik dalam membunuh dan memangsa tikus. Kalau beli, ternyata harganya lumayan mahal apalagi kalau sudah usia dewasa. Harga sepasang indukan atau burung hantu Tyto Alba dewasa bisa sampai jutaan rupiah, sedangkan untuk anakan atau burung hantu muda harganya bisa mencapai sekitar Rp.250.000,- per ekor. Hmmm... boleh juga tuh. Jadi tertarik untuk membudidayakan. :)


Anak Tyto Alba
Anak Tyto Alba yang masih kecil/muda.

Sekarang 5 ekor anak-anak burung hantu yang didapat hanya ditempatkan di kandang ayam kecil model panggung dengan tinggi sekitar 2 meter, ditaruh di luar rumah berharap si induk tetap mau memberi mereka makan. Mau ditaruh di teras lantai dua rumah, tapi nggak boleh karena baunya menyengat, nggak pernah mandi sih... hehehe. Semoga anak-anak burung hantu Tyto Alba ini semuanya bisa sehat dan tumbuh sampai dewasa, bisa terbang dan cari makan sendiri. Susah juga kalau harus ngasih makan mereka terus, makanannya daging sih karena burung ini kan memang burung pemangsa. Jadi, sepertinya harus ternak tikus juga kalau mau bikin penangkaran burung hantu Tyto Alba ini. hehehe...


Continue ►

Friday, June 12, 2015

Pengalaman Pertama Ikut Menguburkan Jenazah

Setiap manusia yang hidup pasti akan mati. Innalillahi wa inna ilaihi rooji'un. Beberapa hari yang lalu ada salah satu kakek (lebih tepatnya kakak nenek saya) yang meninggal dunia. Beberapa anggota keluarga ikut melayat, termasuk saya.

Seperti biasa, jenazah seorang muslim setelah disucikan / dimandikan, diwudhukan, dan disholatkan kemudian tiba saatnya dikubur. Jenazah dipanggul menggunakan keranda dibawa ke makam/kuburan. Warga dan beberapa anggota keluarga juga ikut mengantarkan, termasuk saya. Awalnya saya tidak ikut menggotong keranda jenazah karena saya tidak begitu hafal jalan menuju makam di desa tempat tinggal simbah saya itu, karena saya tidak tinggal di sana. Tapi dalam perjalanan saya sempat beberapa kali ikut menggotong Jenazah, menggantikan sementara beberapa orang yang pemanggul.

Setelah tiba di makam, jenazah diletakkan di dekat lokasi yang sudah digali dan dipersiapkan. Kemudian, beberapa orang diminta turun untuk membantu menurunkan jenazah ke liang lahat. Nah, pada saat itu seingat saya kalau tidak salah ada yang meminta saya ikut turun membantu. Waduh..., saya bilang saya belum pernah. Tapi ada pak Kaum atau apa namanya di sana yang mengarahkan. Entah bagaimana saya akhirnya memutuskan untuk ikut turun ke liang lahat, bersama dua orang lainnya yang seingat saya salah satunya adalah ayah saya, jadi total 3 orang yang masuk ke liang kubur untuk membantu menurunkan jenazah.

Dengan bantuan arahan tokoh setempat dari atas, saya membantu menurunkan jenazah, melepas tali pocong bagian kaki, dan menempelkan telapak kaki ke bantal tanah. Saya jadi tahu proses menguburkan Jenazah, setelah jenazah diturunkan ke liang kubur jenazah dihadapkan ke kiblat, kemudian dilepas ikatan talinya, kemudian dipasangkan bantal-bantal tanah untuk mengganjal. Setelah itu ditutup dengan bambu-bambu sebelum akhirnya liang kubur diurug kembali dengan tanah.

Wah, saya jadi mendapatkan pengalaman berharga. Sebelumnya belum ada setahun kakek saya (ayah dari bapak saya) meninggal, saya ikut melihat proses memandikan Jenazah dan ikut menggotong Jenazah tapi tidak sampai ikut turun ke liang kubur. Ada pengalaman lain juga, ternyata jenis/kontur tanah setiap daerah berbeda, jadi saat penggalian dan proses penguburan juga harus memperhatikan hal tersebut. Yang kemarin itu tanahnya sangat gembur, jadi harus hati-hati menginjakkan kaki, jangan sampai pada saat kita turun malah tanahnya gugur.

Alhamdulillah. Pengalaman seperti ini adalah pelajaran berharga bagi saya dalam hidup ini. Sesuatu yang tidak saya dapatkan dari sekolah. Kalau pas masih kecil dulu melihat jenazah dan kuburan itu takut, tapi kalau sekarang lebih kepada khawatir kalau salah memprosesnya karena minimnya pengetahuan saya. Mengingat semua hal seperti ini juga membuat saya takut mati karena merasa belum mempersiapkan bekal dengan baik. Jadi berfikir, suatu saat giliranku juga akan tiba. Ya Allah, semoga kita semua diberikan umur yang panjang, kesehatan, rizqi, serta keselamatan di dunia dan akherat. Semoga kita mati dengan khusnul khotimah. Amin!
Continue ►